Masih Pacaran? Udah Putusin Ajaa!!

sumber: goodreads.com

Judul buku          : Udah Putusin Aja!

Penulis                 : Felix Y. Siaw

Visual                    : Emeralda Noor Achni

Penerbit              : Penerbit Mizania

Tahun terbit       : 2013

Jumlah Halaman : 180 halaman

ISBN                      : 978-602-9255-43-0

 

Masa muda, adalah masa dimana segala sesuatu tumbuh, salah satunya cinta. Mulai dari orang dewasa, remaja, bahkan anak-anak  sekalipun pasti merasakan cinta. Cinta dari kedua orangtuanya, cinta dari ayah ibunya. Lantas bagaimana dengan cinta terhadap lawan jenis? Tidak ada yang salah karena cinta itu anugerah. Justru cintalah yang memanusiakan manusia, mewarnai kehidupan dan menerbitkan harapan.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” QS. Maryam:96

Melalui buku ini Felix Y. Siaw memaparkan tentang Cinta dengan sangat jelas dan “jleb”. Seorang mualaf yang begitu mendalami islam banyak karyanya bernuansakan islam, salahsatunya buku “Udah Putusin Aja!” ini.

Terkait judul yang diambil, melihat perkembangan zaman. Dimana “pacaran” sudah tak asing lagi bagi remaja zaman sekarang. Sehingga judul “Udah Putusin Aja!” sangat relevan dengan topik yang dibahas terkait cintanya anak-anak remaja sampai dewasa yang belum menikah.

Buku ini terdiri dari sebelas bab, isinya menjawab pertanyaan apakah cinta sejati itu? Bagaimana cara untuk melepaskan diri dari maksiat semisal pacaran? Sampai bagaimana move on bagi yang telah terlanjur menyudahi maksiat pacarannya?

Setiap bab demi bab sangat berkaitan dan berkesinambungan. Semuanya runut dari mulai masalah cinta, hakikat cinta, sampai cinta yang benar dalam islam itu seperti apa ada dalam buku ini. Bahwasannya hakikat cinta yang sebenarnya adalah cinta Allah kepada mahluk-Nya, cinta Rasulullah kepada umatnya, cinta kedua orangtua kepada anaknya.

Adapun langkah-langkah meraih cinta yang sejati. Selain itu, dalam buku ini terdapat tips-tips bagi para pemuda yang belum siap untuk menjalankan cinta yang dirahmati Allah melalui sebuah mahligai pernikahan.

Pada buku ini dilengkapi dengan ayat-ayat Al-Quran terkait cinta serta hadist-hadist yang mendukung. Bahasa yang digunakan sangat mudah dipahami bagi semua kalangan. Karena dalam buku ini dilengkapi dengan berbagai ilustrasi menarik. Sehingga saat membaca buku ini tidak akan merasa digurui.

Pada penulisannya penuh warna, ada warna merah muda, biru, dan putih. Mungkin beberapa orang akan sedikit pusing akan warna dominan dalam buku ini. Walaupun demikian, hal tersebut tidak mengurangi pesan yang disampaikan.

Buku ini sangat layak dibaca bagi remaja, karena masa-masa remaja adalah masa-masa labil dan perlu pengetahuan akan cinta sejati agar tidak terjerumus dalam maksiat yang nantinya akan sangat merugikan. Buku ini juga layak dibaca bagi orang dewasa yang belum menikah, karena didalamnya ada tips-tips bagi yang belum menikah.

Akhir kata… Mari Memantaskan diri!

Serba-serbi Cerita Cinta Karya Tere Liye

Judul buku: Sepotong Hati yang Baru

Pengarang: Tere Liye

Penerbit: Mahaka Publishing

Tahun terbit: 2012

Jumlah halaman: 206

 

Pernahkah kamu merasa cinta? Setiap manusia pasti pernah merasakannya. Terlebih lagi merasakan cinta kepada sesama. Banyak kisah-kisah tentang cinta, termasuk kisah-kisah karya Tere Liye dalam bukunya “Sepotong Hati Yang Baru”.

Buku ini merupakan kelanjutan dari buku yang berjudul “Berjuta Rasanya”. Terdiri dari delapan cerita pendek yang memiliki kesamaan tema yaitu Cinta. Tak selamanya kisah-kisah cinta berakhir bahagia, itulah yang dirasakan dari kedelapan cerita pendek ini. Kendati begitu setiap cerita sarat akan kisah hikmah.

Kisah yang pertama, berjudul “Hiks, Kupikir Itu Sungguhan”. Dalam buku Berjuta Rasanya, pernah dituliskan kisah yang serupa. Sebuah cerita cinta sederhana yang mungkin saja dapat terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Lewat kisah ini, seolah diperingatkan agar tidak hanya melihat apa yang ingin kita lihat, melainkan harus melihat kenyataan yang ada dengan mata terbuka lebar.

Ada banyak quotes-quotes dari Tere Liye. Seolah-olah mengingatkan kita akan Cinta yang sesungguhnya itu seperti apa. Misalnya quotes dari cerita yang berjudul “Percayakah Kau Padaku”. Kisah mengenai seorang ayah yang tengah bercerita kepada anaknya tentang kisah cinta Rama-Shinta.

“Cinta yang besar, tanpa disertai komitmen dan kepercayaan, maka ia hanya akan menelan diri sendiri.”

Selain itu, adapun kisah cinta mengenai dua pasang sejoli yang hidup di jaman penjajahan Indonesia. “Itje Noerbaja dan Kang Djalil”. Nuansa penjajahan dalam kisah ini terasa begitu nyata, akan suasana penjajahan jaman Belanda. Bahkan bahasa yang ditulis oleh tere liye menggunakan bahasa Indonesia tempo dulu.

Bagi yang belum terbiasa dengan Bahasa Indonesia tempo dulu mungkin agak kesulitan membaca kisah Itje Noerbaja ini. Walaupun begitu, gaya penulisan Tere-Liye yang mengalir dengan baik dan berhasil menggugah emosi tetap berhasil membuatku puas saat menutup buku ini.

Setiap kisahnya berhasil menyampaikan pesan yang berbeda-beda, memberikan makna tentang cinta. Buku ini mungkin akan cocok bagi yang sedang ingin banyak membaca cerita-cerita pendek tentang kisah cinta. Bahkan untuk anak-anak pun bisa, walaupun hanya kisah cinta Rama dan Shinta. Karena semua cerita-cerita dalam buku ini sarat akan hikmah cinta.

“Aku baru menyadari, cinta bukan sekadar soal memaafkan. Cinta bukan sekadar soal menerima apa adanya. Cinta adalah harga diri. Cinta adalah rasionalitas sempurna.”Quotes terakhir ini yang berasal dari cerita berjudul “Sepotong Hati yang Baru”.

Sebuah Cerita Tak Terhitung di Gaza

Judul Buku : The Prometheus Project The Untold Story of Gaza

Pengarang : Freecs Stern

Penerbit : Pustaka Jingga

Tahun terbit : Januari 2013

Jumlah halaman: 185

Apa kabar Gaza hari ini? Masihkah terdengar dentuman misil yang senantiasa membombardir negeri itu? Mungkin saat ini tidak terlalu seheboh dua tahun lalu. Tatkala membaca kembali sebuah kisah tentang Gaza membuat siapapun teringat peristiwa dua tahun silam di Gaza, Palestina.

Melalui kisah fiksi “The Prometheus Project The Untold Story of Gaza” ini menanpakkan wajah gaza saat masa-masa perang dengan kaum zionis. Bukan hanya itu, bahkan kisah cinta, persahabatan, sampai sebuah misi rahasia terangkai dalam kisah seorang bernama Reyhan Fadilah.

Sebuah perjalanan menjadi seorang agen mata-mata membuat dirinya terperangkap dalam situasi sulit yang mengancam nyawanya. Berbagai pelatihan dilakukan saat akan menjadi seorang agen mata-mata. Hal tersebut menjadi ambisinya untuk mengikuti jejak ayahnya yang telah terbunuh di Gaza.

Terlepas dari itu, Reyhan terpaksa harus meninggalkan ibunya secara diam-diam. Karena ibunya tidak setuju jika Reyhan mengikuti jejak ayahnya menjadi seorang agen mata-mata yang bergabung dengan sebuah organisasi bernama Pro-Humanity. Sebuah proyek besar yang membuat Reyhan pun harus pergi ke Gaza, yakni Prometheus Project.

Masa-masa putih abu adalah masa dimana Reyhan mendapatkan cinta pertamanya, Grace. Hingga akhirnya mereka terpisah dan dipertemukan kembali di Gaza. Saat Reyhan mencari kebenaran Prometheus Project. Kebenaran tentang Prometheus project pun akhirnya terungkap dan Reyhan sangat terkejut karena Prometheus merupakan sebuah kata sandi untuk gerakan kaum ilumi yang merupakan alasan dan dalang terjadinya peristiwa peperangan di Palestina.

Reyhan pun memahami sebab terbunuh ayahnya. Sebuah project yang terkuak, akankah Reyhan memboomingkan kebenaran itu keseluruh dunia?

Kisah fiksi ini merupakan proyek pertama Muhamad Yusup Hermawan, atau yang bernama pena Freecs Stern. Merasa tertantang untuk tidak membatasi diri dengan karya non fiksi saja, sehingga terbitlah kisah fiksi ini. Penulisan bahasa yang mengalir membuat siapa saja yang membacanya nyaman.

Alur yang digunakan adalah alur campuran, pada bab pertama dan terakhir membahas akan kisah yang tengah berjalan, sedangkan pada isi bab selanjutnya kembali ke masa lalu saat tokoh utama SMA.

Jika dilihat dari cover buku ini kurang menarik, terkesan biasa saja sehingga kurang membuat orang penasaran untuk membacanya. Walaupun demikian dalam novel fiksi ini lengkap dengan sebuah sinopsis yang lumayan membuat penasaran untuk membacanya.

Keterbacaan buku ini sangat cocok untuk dibaca semua orang, khususnya para akademisi dan mahasiswa. Buku ini sangat cocok pula bagi orang-orang yang hobi “ngulik” kata-kata sandi.

Sepucuk Surat Untuk Calon Suamiku…

oleh: Humaira Fii Hamra

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarokatuh

Dear calon suamiku

Apa kabarnya imanmu hari ini? Sudahkah harimu ini diawali dengan syukur karena dapat menatap kembali fananya hidup ini. Sudahkah air wudhu menyegarkan kembali ingatanmu atas amanah yang saat ini tengah kau genggam?

Wahai calon suamiku…

Tahukah engkau betapa allah sangat mencintaiku dengan dasyatnya?

Disini aku ditempa untuk menjadi dewasa, agar aku lebih bijak menyikapi sebuah kehidupan dan siap mendampingimu kelak. Meskipun kadang keluh dan putus asa menyergapi, namun kini kurasakan diri ini lebih baik.

Kadang aku bertanya tanya, kenapa Allah selalu mengujiku tepat di hatiku. Bagian terapuh diriku. Namun kini aku tahu jawabannya.

Allah tahu dimana tempat yang paling tepat agar aku senantiasa kembali mengingat-Nya kembali mencintai-Nya. Ujian demi ujian insya Allah membuatku menjadi lebih tangguh, sehingga kelak kita bertemu, kau bangga telah memiliki aku di hatimu..

Calon suamiku…

Entah dimana dirimu sekarang. Tapi aku yakin Allah pun mencintaimu sebagaimana Dia mencintaiku. Aku yakin Dia kini tengah melatihmu menjadi mujahid yang tangguh. Hingga akupun bangga memilikimu kelak.

Apa yang kuharapkan darimu adalah kesalihan. Semoga sama halnya dengan dirimu. Karena apabila kecantikan yang kau harapkan dariku, hanya kesia-siaan yang akan kau dapati.

Aku masih haus akan ilmu. Namun berbekal ilmu yang ada saat ini, aku berharap dapat menjadi istri yang mendapat keridhaan Allah dan dirimu, suamiku.

Wahai calon suamiku…

Saat aku masih menjadi asuhan ayah dan bundaku, tak lain doaku agar menjadi anak yang sholehah, agar kelak dapat menjadi tabungan keduanya di akhirat.

Namun nanti, setelah menjadi isterimu, aku berharap menjadi pendamping yang solehah agar kelak di surga cukup aku yang menjadi bidadarimu, mendampingi dirimu yang soleh.

Aku pencemburu berat. Tapi kalau Allah dan Rasulullah kau cintai daripada aku, aku rela. Aku harap begitu pula dirimu.

Aku yakin kaulah yang kubutuhkan, meski kau bukanlah orang yang kuharapkan..

Calon suamiku yang dirahmati Allah…

Apabila hanya sebuah gubuk menjadi perahu pernikahan kita, takkan kunamai dengan gubuk derita. Karena itulah markas dakwah kita, dan akan menjadi indah ketika kita hiasi dengan cinta dan kasih..

Ketika kelak telah lahir generasi penerus dakwah islam dari pernikahan kita, Bantu aku untuk bersama mendidiknya dengan harta yang halal, dengan ilmu yang bermanfaat, terutama dengan menanamkan pada diri mereka ketaatan kepada Allah Ta’ala..

Bunga akan indah pada waktunya. Yaitu ketika bermekaran menghiasi taman. Maka kini tengah kupersiapkan diri ini sebaik-baiknya, bersiap menyambut kehadiranmu dalam kehidupanku.

Kini aku sedang belajar menjadi yang terbaik, tapi setidaknya menjadi yang terbaik disisimu kelak.

Calon suamiku…

Inilah sekilas harapan yang kuukirkan dalam rangkaian kata. Seperti kata orang, tidak semua yang dirasakan dapat diungkapkan dengan kata-kata.

Itulah yang kini kuhadapi. Kelak saat kita tengah bersama, maka disitulah kau akan memahami diriku, sama halnya dengan diriku yang akan belajar memahamimu.

Bersabarlah calon suamiku.. doaku selalu.. agar Allah memudahkan jalanmu tuk menjemputku sebagai bidadarimu..

Semoga Allah selalu menjagamu, agar kau bisa mempersembahkan dirimu seutuhnya untukku..

Seperti halnya aku yang ingin mempersembahkan diriku seutuhnya hanya untukmu..

Sudah dulu yah calon suamiku..

Salam cintaku untukmu..

Wassalamu’alaikum waramatullah wabarokatuh

Calon Isterimu

Indonesia Mengajar: “Setahun Mengajar Seumur Hidup Menginspirasi”

Judul Buku                  : Indonesia Mengajar

Penulis                        : Pengajar Muda

Penerbit                      : Bentang Pustaka

Jumlah Halaman          : 322 Halaman

Cetakan pertama         : November 2011

Harga Buku                 : Rp. 54.000,00

 

Tunjukkan pada dunia

Mereka bisa… mereka bisa

Tunjukkan pada semua

Mereka bisa … Mengubah dunia

Lihat senyum mereka

Sebait lirik tersebut merupakan salah satu karya pengajar muda dari Gerakan Indonesia Mengajar. Sebuah lagu berjudul “Lihat Senyum Mereka”. Sebetulnya bukan mars Indonesia Mengajar, tetapi menjadi suatu makna tersendiri bagi para Pengajar Muda. Mereka adalah 51 pengajar muda terpilih dari 1.838 calon yang menyatakan siap untuk menjadi guru di daerah terpencil Indonesia. Mereka bukan berasal dari bidang ilmu pendidikan dan keguruan, namun mereka cerdas dan berprestasi.

Pekerjaan mapan, hidup nyaman dan sejahtera bagi diri dan keluarganya, dan peluang kerja bergaji tinggi rela mereka tinggalkan. Mereka lebih memilih berangkat ke pelosok Indonesia. Tepatnya pada hari pahlawan mereka memulai langkah untuk menjadi guru SD di desa-desa terpencil. Tanda pahala para Pengajar Muda itu akan membekas pada prestasi anak-anak dan kemajuan di desa-desa. Mereka yakin bahwa “Setahun Mengajar, Seumur Hidup Menginspirasi”

Gerakan Indonesia Mengajar yang dipelopori oleh Anies Baswedan, Ph. D. ini mengajak putra-putri generasi terdidik, berprestasi, dan memiliki semangat juang untuk menjadi guru selama satu tahun penuh. Sebuah ikhtiar untuk memenuhi janji kemerdekaan Indonesia “Mencerdaskan kehidupan Bangsa”.

Buku ini berisikan deretan kisah para Pengajar Muda. Sebagian dari kisah pengalaman, dan pengamatan para pengajar muda dituliskan melalui blog Indonesia Mengajar selanjutnya dipilih dan dipublikasikan dalam buku ini. Kisah-kisah yang disajikan membuat kita yakin, optimis bahwa masa depan Republik Indonesia yang cerah.

Kisah-kisah yang disajikan Pengajar Muda tidak sekedar tentang mengajar baca tulis hitung saja, mereka mengkisahkan bagaimana nilai-nilai kebaikan yang didapat. Disana mereka juga belajar pada masyarakat asli. Kesulitan, kebahagiaan, tangis, tawa, dan haru biru mewarnai kisah mereka.

Lewat buku ini kita bisa melihat gambaran wajah pendidikan negeri ini. Masih ingat dengan buku Laskar Pelangi karya Andrea Hirata? Ada beberapa kemiripan antara buku tersebut dengan kisah para pengajar muda. Apakah itu keadaan bangunan sekolah, jumlah peserta didik, sifat anak-anak suku pedalaman, jumlah tenaga pengajar, sampai harapan dan impian anak-anak pelosok negeri.

Buku ini terdiri dari empat bab kisah yang saling berkesinambungan dari lima puluh satu pengajar muda. Mulai kisah tentang anak didik mereka, keadaan pendidikan pelosok negeri, tentang sesama pengajar muda, sampai nilai kehidupan yang mereka belum pernah dapatkan sebelumnya. Kisah yang disajikan membuat merinding dan iri kususnya bagi para pegiat pendidikan.

Pada bagian kisah pertama tentang “Anak-Anak didik Pengajar Muda” digambarkan langsung tentang anak-anak pelosok negeri, sifat mereka yang malu-malu pada kenyataannya mereka memiliki potensi seperti Lintang yang ada dalam novel Laskar Pelangi.  Pada bagian kisah kedua tentang “Memupuk Optimisme” yaitu, kisah tentang sebuah rasa optimis baik dalam diri anak-anak, pengajar muda, sampai masyarakat sekitar desa.

Kisah yang berbeda, tidak hanya tentang anak didik Pengajar Muda disuguhkan pada bagian kisah “Belajar Rendah Hati”. Kisah inspiratif lainnya sekaligus menjadi puncak dari kisah-kisah yang ada tergambarkan pada bagian kisah “Ketulusan Itu Menular”. Lengkap sudah perjuangan satu tahun penuh bagi para Pengajar Muda.

Kisahnya terasa begitu ringan dibaca, deskriptif, menarik, dan sarat akan kisah inspiratif. Lebih lengkap lagi karena di halaman belakang ada profil para Pengajar Muda, Sekilas tentang Gerakan Indonesia Mengajar, peta penempatan Pengajar Muda, dan foto dokumenter Pengajar Muda, walaupun terkadang ada foto yang tidak sesuai dengan kisah Pengajar Muda.

Buku ini layak dibaca oleh siapa saja, khususnya bagi para pegiat pendidikan yang sarat akan kisah-kisah inspiratif. Apakah itu kalangan mahasiswa, guru, dosen, dan pihak terkait lainnya dalam dunia pendidikan di negeri ini. Karena sesuai dengan bagian kisah terakhir di buku ini “Ketulusan itu menular”. Bagai ketulusan para pahlawan yang telah gugur demi memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia ini.

Pendidikan bukan sekedar program yang dijalankan pemerintah, sekolah, dan para guru. Pendidikan adalah gerakan mencerdaskan bangsa yang harus melibatkan semua orang. Karena mendidik adalah tugas setiap orang terdidik.

Menunggu Hujan

Tak selamanya si biru langit itu membentang di angkasa. Tak selamanya si putih-putih awan itu menghias langit. Tak selamanya si kuning cerah itu berkuasa di langit hari. Adakalanya si biru langit itu tersibak kelabu awan. Adakalanya si kuning cerah itu sembunyi dibalik putih dan kelabu awan. Tak selamanya si putih-putih awan itu berkejaran tersapu angin.

Semuanya tak ada yang abadi. Yang abadi hanya satu Tuhan pencipta semua ciptaan-Nya yang sempurna itu. Seharusnya si biru langit memerah rona penuh kemilau cahaya jingga. Warna-warna merah muda jingga centil itu terbiaskan di setiap penjuru putih-putih awan. Namun sayang di penghujung hari itu si kelabu seenaknya berkuasa menutupi seluruh langit-langit kota kembang.

Tak ada lagi kemilau jingga memerah ronakan putih-putih awan. tak ada lagi seberkas cahaya indah memancar di penghujung hari. Tak ada lagi. Semua penjuru langit telah dikuasai si kelabu-kelabu awan. menggelapkan suasana penghujung hari. Hingga satu tetes pertama jatuh membasahi ujung kepalaku.

Sentuhan lembut itu diiringi tetesan kedua sama lembutnya. Di penghujung hari itu semua penjuru kota kembang disisir oleh serbuan tetesan-tetesan air dari langit. Sang kelabu pembawa air itu seakan lega telah melepas kepergian jutaan air dengan iramanya.

Rintik-rintik itu menahanku untuk tetap terdiam di pinggiran-pinggiran gedung peneduh tubuh. Serbuan tetesan air itu membuatku rasakan lamanya si detik-detik yang terus bergulir di jam tanganku. Menunggu hujan yang menahanku untuk tetap berada disini. Bersama hembusan angin yang tak jarang melibaskan jilbab dan rok yang ku kenakan. Sepatu dan kaos kaki sudah tak asing lagi bercengkrama dengan dinginnya air.

Basah, ya basah, hal biasa jika sernuan tetesan air menimpa bumi manusia ini. Si hijau-hijau daun yang tumbuh di sekeliling peneduhku seakan tersenyum ceria terkena tetesan-tetesan penyejuk dari pencipta-Nya itu. Keceriaan itulah yang membuatku sunggingkan segurat senyuman penghias wajah. Hati yang masgul itu perlahan menghilang. Sukma riang terbang melayang ditengah guyuran halus yang dijatuhkan sang kelabu awan.

Tak selamanya menunggu hujan itu membosankan. Hujan adalah berkah bagi seluruh mahluk yang hidup di bumi fana ini. karena hujan membawa banyak manfaat. Karena menunggu hujan itu sadarkanku akan agungnya kuasa Tuhan. Karena menunggu hujan itu buatku semakin sabar. Sabar menjadi saksi betapa berkahnya nikmat hujan di penghujung hari ini. Sabar menanti si detik-detik yang sedari dulu tetap berjalan sesuai porosnya pada jam di tanganku.

Menunggu hujanpun berakhir. Sesosok laki-laki yang selama ini selalu aku lihat di rumahku telah datang dengan membawakan sebuah payung untukku. Ia serahkan payung merah muda bercorak bunga putih itu kepadaku. Ia memakaikan jaket yang sedari tadi dikenakannya kepadaku. Sebagai bukti kasih sayangnya kepada sang buah hati. Ayah, terimakasih telah datang menjemputku. Hingga berakhirnya aku untuk tetap menunggu hujan.

Cahaya Jingga-Mu

jingga di belakang rumahku

Kemayung jingga, merah muda, violet dan biru
Bergumul menjadi satu cahaya
Semburat yang selalu berbeda
Pancarkan cahaya-cahaya baru

Wangi alam ini
Syukurku masih diberi penciuman yg tajam
Sejuknya cahaya ufuk timur ini
Syukurku masih diberi penglihatan yang normal
Bertebaran kicau burung sana sini
Syukurku masih diberi pendengaran yg baik
Sejuk dinginya bening embun ini
Syukurku masih diberi kulit yang senantiasa berikan rasa itu

Biar kelabu awan berarak-arak
Tetumbuhan terdiam menjadi saksi kala fajar merekah
Sang jantan ayam berkokok bersahut-sahutan
Memproklamasikan teks yang telah mereka hafal
Menandakan cahaya semakin meninggi

Masih saja tubuh ini terpaku memandangi cahaya jingga nan indah
Semeliwir angin berhembus menyentuh bulu-bulu di kulitku
Dingin

Hingga berganti menjadi hembusan hangat cahaya jingga. .

Isya ketiduran, Setan Tertawa

Suatu sore bernama “Rabu”, ku tiba di Salman. Tempat pertama yang ku pijak adalah Rumah PAS. Hari itu ku terlalu sore datang ke rumah PAS. Rencananya sih mau bermedia dan membahas training media yang akan diadakan pada sabtu ini (7/4). Kak Intan dan Kak Syida yang ku tunggu-tunggu tak kunjung datang. Serasa sia-sia datang kesini kalau begitu.

Tidak! Tidak boleh sia-sia. Ku teringat, belum mengambil kaos “kebesaran 56”. Saat itu di Rumah PAS ada kak nurul, kak nunin, kak rina, kak rizqi, ka de, ka nurman, ka riza, ka aufa. Lalu datanglah ka elin, namun pergi lagi. Yaah sudahlah di sisa waktu yang hampir mendekati magrib ku mulai mengelem sesebitan kertas.

“Pokoknya hablay harus udah beres sebelum hari sabtu!” karena apa? ya karena sabtu ini akan ada training media!

Ku jua selalu bertanya-tanya. kenapa? apakah mungkin karena kesibukkan kakak2 media sehingga membuatku selalu merasa yang paling luang waktunya diantara mereka semua? Alih-alih. Magrib berkumandang di seantero masjid. Ayo kakak-kakak saatnya Salat Magrib, tinggalkan segala bentuk aktifitas. Bukankah indah suara sang muadzin ini.

Sekalian juga membawa tas, karena setelah magrib langsung pulang, bareng kak nurul dan kak rina. Bukankah kakak putri tidak boleh berada di Rumah PAS lewat pukul 18.00?

Saat masuk masjid, ku melihat kak Bayu. muncullah presepsi-presepsi negatif (Astagfirullah)

“Ihh itu kak bayu, kenapa tadi gak bantuin mengelem kertas?”

“ahh sudahlah mungkin lagi sibuk dan banyak hal yang mesti di urusnya, mungkin saja”

“oh ia yah kan kak Bayu kul di ITB, pantas saja kalau ada di salman.”

begitulah hatiku berkecamuk.

Sudah lupakan, usai salat magrib ku berjalan bersama kak nurul dan kak rina. Menyusuri Jalan Gelap nyawang. Hingga tiba di pertigaan Jalan Tamansari. Kak nurul dan kak Rina nyebrang, naik angkot jurusan caheum-ledeng ke arah ledeng, sedang aku naik angkot jurusan yang sama ke arah caheum.

Sepanjang perjalanan itu ku melamun. Ahh entahlah apa yang ku pikir. Sampai-sampai hampir saja kebablasan lewat masjid pusdai. Setelah turun dari angkot itu, ku melihat ada angkot riung bandung, namun keburu pergi. Ku menunggu angkot cukup lama di tugu PKK, pertigaan jalan diponegoro itu.

Bulan hampir utuh, bersinar diatas tugu itu. Hey bulan apakabar? akhir-akhir ini ku jarang melihatmu. indah diatas sana. mungkin karena tertutup awan. Akhirnya ada juga angkot Riung Bandung yang datang. Naiklah, tak lupa baca doa naik kendaraan. Sayup-sayup mata ini mulai memberat, lama-lama mataku terpejam. Hingga ku terbangun karena suara adzan isya. Ku melihat sekeliling, sudah sampai Kircon ternyata.

Lambat laun, mataku mulai terpejam lagi. Nyenyak sepertinya tidurku itu. kecapean mungkin. dan sepertinya setan tertawa puas melihat keadaanku yang tengah tertidur pulas seperti itu.

“Astagfirullah!” kataku pelan, seraya membuka mata yang sedari tadi tengah terpejam.

“Hah, dimana ini?” ku bertanya-tanya kepada tiga orang penumpang paruh baya yang ada di depanku.

“Oh, ini di riung bandung neng.” jawab ibu pertama.

“oh, ini udah turun yah, lewat SMK 6?” tanyaku pelan.

“Ngga neng ini udah masuk riung daritadi” jawab ibu kedua.

“Waah udah kelewat dong”

“Nengnya tidur sih, wah kasian si neng, harusnya turun dimana gitu neng?”

“Ia, harusnya turun di borma riung”

“Wah, ada apa ini? Kenapa neng? udah kelewat yah?”

“Ini si neng kelewat turunnya” kata ibu pertama

“Si neng tidur aja sih, tenang neng nanti juga angkotnya muter lagi kok.”

Fyuuh ku tersenyum lega karena ada supir angkot baik hati sepertinya. Sebenarnya aneh juga sih, bukankah lewat pukul 19.30 angkot tidak bisa masuk lagi ke dalam kompleks Riung Bandung, hanya sampai jalan Soeta saja. Saat ku melihat jam menunjukkan pukul 20.00. aneh memang. Entahlah, jelas ketika itu ku merasa mungkin sang setan tertawa puas karena aku ketiduran.

Saat tiba di pertigaan jalan Cipamokolan ku menghentikan angkot.

“Ya, disini pak, makasih yah” ucapku

“Oh ia neng, sama-sama”

ku menyodorkan satu lembar dua ribuan dan satu lembar seribuan.

“Eh, gak usah neng gapapa”

“Lho? kenapa mang? ya udah makasih banyak lagi ya mang”

Entah kata-kataku didengar atau tiba, si emang supir angkot yang baik hatinya itu berlalu begitu saja mengejar setorannya. Padahal ku kira ongkosnya bakal kurang, eh ternyata malah gratis.

Terimakasih untuk hari ini..

Alhamdulillah

Mengenali Sosok Asma Nadia dari Twitternya

salmanitb.com

Judul buku          : Twittografi Asma Nadia

Penulis Buku      : Asma Nadia

Penerbit              : Asma Nadia Publishing House

Cetakan               : Desember 2011

Jumlah Halaman:  292 Halaman

Siapa sih Asma Nadia? Pertanyaan tersebut saya lontarkan saat saya baru masuk dalam dunia kepenulisan. Ya, awalnya saya tak mengenal siapa dia. Karena guru menulisku sering menyebut-nyebut namanya.

Hal tersebut, membuat saya mencari buku-buku karya Asma Nadia. Kesan pertama membaca bukunya membuat saya merasa terinspirasi. Bahkan, membuat saya ingin terus membaca buku-buku karya wanita bernama asli Asmarani Rosalba tersebut.

Asma Nadia sendiri telah membuat 45 buku, dan yang terbaru adalah buku “Twittografi Asma Nadia” ini. Buku ini berisikan tweet-tweet Asma Nadia, yang diangkat dari twitter pribadinya,  @asmanadia.

Bisa dikatakan buku ini merupakan biografi mini Asma Nadia. Karena dalam buku ini ada masa lalu Asma Nadia, kisah cinta, perjuangan, pemikiran, ide, opini, dan berbagai hal yang belum pernah diungkap sebelumnya.

Ada satu kisah yang membuat saya terhenyak. Sejak kelas 2 SD ia selalu mendapat ranking 1.  Namun, di rapor SMA ia juga pernah mendapat nilai 4. Penyebabnya, guru olah raga tidak mengizinkan murid berjilbab ikut pelajaran olah raga. Asma yang memakai jilbab sejak kelas 3 SMP bahkan nyaris dikeluarkan dari sekolah lantaran berjilbab.

Ada juga twit yang menggelitik saya. September lalu Asma Nadia melemparkan pertanyaan lewat twitter tentang #taaruf gagal. Ternyata @asmanadians (penggemar Asma Nadia-red) cukup banyak yang merespon, contohnya;

RT @azkademic: #ta’aruf gagal maka… mendekat ke kiyai. @asmanadia: minta diajarin doa-doa untuk kekuatan hati:p

RT @OmPipik: #ta’aruf gagal maka. ‘Tembak’ langsung Bapak/ibunya *edisinekad*

RT @PKSJerman: #ta’aruf gagal maka… ngulang semester depan #hehe

Selain itu, adapun twit tentang Asma Nadia sendiri yang belum pernah dipublikasikan. Twit lainnya tentang jilbab, busana muslimah, keimanan, tentang cinta, pacaran, pernikahan, parenting, tips kepenulisan,  motivasi, kepedulian sosial, jilbab traveler, olahraga, dan tips diet.

Membaca buku ini seperti menyelami puluhan buku yang pernah ditulis oleh Asma Nadia. Sehingga pembacanya penasaran untuk mencari ide-ide yang tertuang dalam setiap buku karya Asma Nadia.

Meski buku ini terdiri dari 292 halaman. Namun, bagi saya buku ini tidak begitu tebal karena setiap halamannya hanya berisi 5-10 twit saja. Seperti halnya di twitter, panjang twitnya terbatas hanya 140 karakter. Walaupun begitu dalam buku ini ada beberapa twit yang termasuk long twit, yaitu twit lebih dari 140 karakter.

Buku ini cocok untuk dibaca siapa saja. Khususnya bagi penggemar dunia kepenulisan. Walaupun begitu, bukan berarti Asma Nadia adalah sosok penulis yang sempurna. Seperti halnya manusia biasa, iapun bisa salah dan error. Untuk lebih jelasnya jika ingin belajar banyak dari Asma Nadia, Jika ingin tahu lebih banyak tentang Asma Nadia, Maka buku ini adalah jawabannya.

Clink Your Life

Cover buku Clink Your Life

Judul Buku: Clink Your Life

Penulis Buku: Tauhid Nur Azhar

Penerbit: MQ Gress

Cetakan pertama: tahun 2007

Jumlah halaman: 162 halaman

“kata siapa kita tidak bisa belajar dari binatang?”

Cling adalah seekor kunang-kunang kecil yang riang. Sering pula ia bertanya-tanya untuk apa kantong posphor dibawah perutnya itu? Ia senang tapi juga tidak mengerti untuk apa semua ini?. “Cahaya itu untuk menerangi. Jika dalam gelap kita baru minta dipandu, tentulah kita akan terjerembab. Untuk itulah ‘kunang-kunang’ hadir memandu banyak hati agar tidak terjerembab untuk kali pertama,” demikian bundanya menjelaskan.

Begitulah bagian dari kisah yang diceritakan oleh penulis. Di tangan penulis, setiap kisah di latari menjadi suatu fabel yang dramatisir. Kisah-kisah unik lainnya penuh dengan pesan moral yang disampaikan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyuguhkan kepada kita latar belakang kehidupan binatang yang sarat hikmah. Penulis mencoba untuk memberi motivasi diri lewat tingkah polah unik dari binatang-binatang. Baik yang sudah kita kenal sehari-hari maupun binatang langka yang belum kita ketahui sebelumnya.

Binatang juga (seperti) manusia! Oleh karena itu perlu pemikiran (Think) dulu, baru anda akan mendapatkan berbagai macam hikmah (Clink). Buku ini memberikan ruang bagi kita untuk menaruh simpati pada binatang terhadap segala tingkah lakunya. Buku ini bisa dijadikan dongeng sebelum tidur, bisa juga dijadikan penghibur dikala rehat. Pokoknya think dulu baru clink.

Hanya saja tidak semua binatang dikisahkannya, karena tidak mungkin penulis membahas semua binatang yang ada di dunia ini yang jumlahnya sampai jutaan. Tetapi kisah yang ada begitu menarik karena di akhir setiap cerita selalu ada hikmah.

Buku ini sangat pas untuk dibacakan kepada anak-anak, sebagai dongeng sebelum tidur. Bukan anak-anak saja, remaja sampai dewasapun cocok sebagai pembelajaran yang sarat hikmah.

Oleh karena itu, buku ini sayang untuk dilewatkan begitu saja. Boleh jadi ada saut kisah yang mencerminkan diri kita, keuarga kita, ataupun tetangga kita. Mungkin cerdas dan sederhana seperti Si Virus 1918, atau bahagia seperti Si Sadi Sidat.

Pokoknya baca aja deh!